Tuesday, October 29, 2013

Ledakan Energi AS – Mubazir?

Embargo minyak AS di Timur Tengah pada tahun 1973 mengakibatkan era kelangkaan energi. Sekarang, empat puluh tahun kemudian, negara berada di puncak revolusi energi dan gelombang ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ada apa dibalik revolusi ini? Teknologi baru!


Berbagai terobosan teknologi seperti pengeboran horizontal dan fraktur hidrolik (fracking) memungkinkan perusahaan-perusahaan energi menyadap cadangan minyak dan gas yang besar. Angin dan solar yang dianggap sebagai fantasi energi ramah lingkungan sekarang justru dianggap layak secara ekonomi.  Berbagai fasilitas publik  mengubah infrastruktur energi usang kita menjadi infrastruktur yang lebih cerdas dan jauh lebih efisien. 

Di tahun 2020, AS akan dapat memproduksi minya sebanyak yang dikonsumsi, dengan demikian akan mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak Timur Tengah yang kerap kali tidak stabil dan sulit diprediksi.

 “Transformasi yang telah kita saksikan selama beberapa tahun belakangan ini mulai dari kelangkaan yang parah hingga berkelimpahan, semuanya nyata,” ujar Jason Bordoff, Direktur Kebijakan Energi Global Universitas Columbia.

Manfaatnya jelas. Dengan mengganti batu bara dengan gas alam yang lebih murah, meskipun AS memperkuat manufaktur domestiknya, namun mereka telah mengurangi emisi karbon. Artinya  bahwa miliaran dollar yang dulunya terbang ke luar negeri sekarang bisa tetap tinggal di dalam negeri, sebagai modal untuk investasi masa depan.

Namun, kelimpahan energi juga merupakan serangkaian tantangan baru tersendiri. Para pecinta lingkungan telah memprotes keterlibatan pemerintah dalam  kegiatan fracking minyak dan gas, dan para ekonom telah memperingatkan bahwa ledakan energi – seperti ledakan dot com di tahun 90an – dapat terjadi  setiap saat.

Namun, ledakan tidak hanya terjadi pada minyak dan gas saja, energi terbarukan seperti solar dan angin juga tumbuh pesat. Dan berkat fokus pemerintah pada efisiensi energi, sekarang “nilai uang yang dikeluarkan” AS tiga puluh tahun lalu menjadi dua kali lipat, ketika ekonomi saat itu hanya seperti dari ukurannya sekarang!

Gas rumah kaca global telah mencapai tingkat tertingginya tahun lalu, dan pada bulan Juni Badan Energi Internasional mengklaim bahwa kita mengalami peningkatan temperatur sebesar 9.5°F di akhir abad – yang bakal hampir menggantikan akhir peradaban sebagaimana yang kita ketahui.

Direktur Eksekutif Energi dan Keberlangsungan di Universitas California – Davis, Amy Myers Jaffe mengakatan,”orang tidak dapat lagi bergantung pada harga minyak yang tinggi dan kelangkaan bahan bakar fosil untuk memotivasi agenda iklim. Seluruh gambarannya telah berubah.”


Jadi, apakah mubazir itu buruk bagi Anda? AS sedang mencari tahu.

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 6 Oktober: http://anashell.blogspot.com/2013/10/the-us-energy-bubble-too-much-of-good.html

[ Energi, energi NRGLab, Departamen Energi, energi AS, affordable energy, teknologi baru, Jason Bordoff, Energi Global Universitas Columbia, Universitas California, Ana shell, Ana Shell NRGLab ]

Sunday, October 27, 2013

How U.S. government shutdown affects the environment

As of midnight last night*, with congress unable to pass a federal budget for 2014, the U.S. government began shutting down, affecting agencies essential to protecting the environment – like the Environmental Protection Agency (EPA), for example.

Roughly 800,000 civilian workers – or 40% of the entire U.S. federal government’s civilian workforce – will be sent on extended furlough without pay. It’s still unclear exactly how long the shutdown will last, but if the past is any indication, it could be a while. Back in 1995, a deadlock between Congressional Republicans and President Clinton shut the government down for 21 days – the longest stretch in American history.



Overall, the U.S. government has been forced to close its doors a whopping 17 times! So is this shutdown business as usual?

Well, not according to the EPA, which employs over 16,000 people. Gina McCarthy, head of the EPA, claims that a furlough would mean that her agency "effectively shuts down.” Only 6.5% of employees will be staying on during the shutdown, since their work is either vital to national security or privately funded.

But don’t we want regulators keeping their eyes on toxic waste dumps, and oil rigs, and other operations that clearly represent a threat to our environment?

As the government’s shutdown plan explains: "If ceasing the operation of an acid mine drainage treatment plan would cause a release to a stream that provided drinking water to a community, the agency would consider that situation to pose an imminent threat."

But again, this begs the question: do we trust the government to judge what is, and is not, considered an “imminent threat?”

The EPA is keeping some employees to perform routine maintenance around important facilities. Others will stay to feed lab animals and ensure that long-running tests continue undisturbed. Others still will comprise on-call emergency teams in the event a disaster should occur.

Let’s just hope things don’t come to that.


It’s time the government put political differences aside and focused on what matters to the public: keeping us safe. That includes protecting fresh water reserves and ecosystems from our destructive habits. 

* - beginning of October

 U.S. government shutdown, environment, federal budget, protecting the environment, Environmental Protection Agency, Congressional Republicans, President Clinton, EPA, Gina McCarthy, Ana Shell NRGLab, Ana shell ]

Tuesday, October 22, 2013

绿色能源等于就业增长

仅在英国,就有超过34,000人拥有绿色能源,这得益于他们头上的屋顶和桌上的食物。这一数字自2010年以来增长了接近75%,当时,领先的非盈利可再生能源贸易协会RenewableUK针对风电、波浪和潮汐发电行业的就业情况展开了研究。

在绿色能源行业,人们受雇的方式也是各式各样。从规划和开发,到建造和安装、维修、制造和支持服务,其间有一件事是肯定的——绿色能源等于工作。

研究表明,该行业雇佣的91%员工都是英国公民,其中1/5为女性。



小型企业在该行业也扮演着举足轻重的作用,风电、波浪和潮汐发电行业80%的企业,员工人数都不足250人,其中又有一半以上的企业员工人数少于25人。

RenewableUK认为,在接下来的十年内,凭借正确的财政和公众支持,政府就可以创造70,000多个岗位。

 “今天的报告清楚地显示了风能、波浪和潮汐行业是如何创造岗位并促进经济增长的,” RenewableUK 的首席执行官Maria McCaffery说道。“在英国各地,我们雇佣了成千上万的人员从事有技术含量的工作,致力于在英国打造全球领先的产业,同时为人们提供可靠的清洁能源。我们的风能、波浪和潮汐行业在接下来的十年内,可以雇佣70,000多名员工。到本世纪20年代,仅在离岸风电这一个领域,就能雇佣接近45,000名工人。在提供新鲜的空气之外,这个行业真的能创造工作岗位。”

然而,在一些情况下,报告却反应了以下情况,即在没有其他替代能源的支持下,离岸风电实际上可能会扩大失业率缺口。

 “要真正利用科技带来的经济利益,我们必须确保行业的可靠性,” McCaffery继续说道。“确定在未来十年间,风能、波浪和潮汐能的发展水平将确保企业投资对的人和正确的技能,同时确保随着电力系统的转变,我们创造的岗位能尽可能多地雇佣绿领。”

NRGLab 对能聘请到一些当今世界最好、最优秀的大师而心怀感激,他们来自多个领域,包括机械工程师、风险资本家、气候科学家、记者和经济学家。


因为我们将必须依赖有创造力的合作,才能解决我们面临的气候和能源危机。访问nrglab.asia,就NRGLab努力为数百万民众创造更好的将来了解更多信息。


从英文版翻译而来。原文于 9 24, http://anashell.blogspot.com/2013/09/green-energy-equals-job-growth.html

绿色能源, RenewableUK, 全球经济危机, 塞浦路斯银行危机, 腐败, 菲律宾 Ana Shell, 小企业主, 塞浦路斯银行危, 德国的腐败, 气化项目, Ana Shell NRGLab, NRGlab ]

Sunday, October 20, 2013

Trend Gasifikasi Biomassa

Energi biomassa diciptakan melalui pembakaran atau konversi biokimia materi organik untuk dipergunakan sebagai bahan bakar. Beberapa materi organik yang digunakan untuk energi biomassa termasuk kayu, serbuk gergaji, rumput, jagung, tebu, limbah pertanian, dan tanaman hidup lainnya. Ada banyak proses untuk mengubah biomassa menjadi energi.


Jika terdiri dari limbah, biomassa memiliki nilai tambah dalam mengubah sampah menjadi energi, jika dari bahan hasil pertanian, maka dapat memberikan keuntungan secara ekonomi kepada petani. Juga mungkin untuk menanam tanaman yang dikhususkan untuk aplikasi biomassa, akan tetapi, menggunakan limbah yang ada adalah cara paling hijau untuk produksi biomassa.

Bahan bakar minyak biomassa seperti etanol dapat menghasilkan sekitar lima kali lipat energi yang dipergunakan untuk perbuatannya, yang membuat cara ini terdengar lebih sebagai sumber energi ekonomis. Sisi negatifnya adalah semakin jauh tujuan bahan bakar dikirimkan, maka semakin kurang ekonomis dari segi pembiayaan. Dengan demikian, nilai utama dari proses energi biomassa adalah jika biomassa dipergunakan di tempat di mana biomassa diproduksi, seperti area pertanian dan komunitas di sekitarnya.

Para ahli sedang mencari solusi yang lebih efisien untuk penggunaan energi biomassa, karena enerrgi ini memberikan keuntungan lingkungan sekitar dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Transisi ke biomassa akan membantu dunia mengurangi produksi limbah dan emisi gas rumah kaca. Namun pada saat yang sama, produksi bahan bakar biomassa masih terbilang mahal karena merupakan terknologi yang relatif baru. Perbaikan metode penciptaan bahan bakar secara efisien dan dengan biaya yang lebih terjangkau masih dalam penelitian.


Proses gasifikasi terjadi dengan didukung temperatur tinggi dan pengendalian jumlah oksigen dan uap pada saat mengubah materi karbon seperti petrolium, batu bara, biomassa, and bahan bakar nabati menjadi hidrogen dan karbon monoksida. Proses konversi ini menghasilkan apa yang disebut dengan syngas dan merupakan produk biomassa yang lebih efisien dibandingkan proses pembakaran. Syngas dapat dibakar secara langsung, dipergunakan untuk menghasilkan metanol dan hidrogen dan bahkan dapat dikonversi lebih jauh menjadi bahan bakar sintetis.

Cara paling optimal menggunakan biomassa adalah melalui gasifikasi dengan mengikuti aktuasi di dalam turbin gas.

Di masa mendatang, penerapan yang tepat akan generator turbo harus menghasilkan industri ekonomi, yang mengumpulkan biomassa dalam jumlah besar (pabrik gula, pabrik penyulingan, pabrik pembuatan gula, dll).

Penggunaan biomassa memungkinkan penggunaan negara akan batu bara, gas, atau minyak untuk produksi listrik. Lebih dari itu, jumlah emisi karbon dioksida akan berkurang dua kali lipat.


Turbin gas NRGLab (dalam proses paten) menghasil energi listrik paling terjangkau di dunia dari metana, propana, butana, metanol dan turunannya, sama baiknya dengan syngas dengan harga yang cukup murah yaitu $0.02 USD per kW/h. Turbin NRGLab tidak hanya meningkatkan efisiensi konversi dibandingkan dengan turbin konvensional (sebesar 75%), juga lebih murah. Turbin 25MW oleh NRGLab berharga $15 juta USD, dibanding turbin yang sama yang tersedia di pasar saat ini yang harganya mencapai $40 juta USD. Dengan gasifikasi turbin NRGLab, harga jauh lebih murah setara dengan harga di mana biomassa dibakar tidak sebagai bahan bakar, tetapi sebagai penghasil listrik dengan tingkat keseimbangan yang positif.

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 7 Oktober: http://anashell.com/anashell/2013/10/07/biomass-gasification-trend/

gasifikasi biomassa, Proyek Gasifikasi NRGLab, gasifikasi NRGLab, NRGLab, energi biomassa, energi, energi NRGLab, Ana Shell NRGLab, Proses gasifikasi, Syngas, gasification Ana Shell, gasification nrglab, gasification project ]

Tuesday, October 15, 2013

日本的辐射水平高出报告水平18倍——核电为始作俑者

最近在日本福岛第一核电站外取回的水样显示,辐射水平比之前报告的数据高出接近18倍。2011年,一场海啸袭击了电站,期间,共有 19,000人丧失生命,福岛第一核电站也因此发生了三重熔融,这又迫使另外160,000人搬离家园。

虽然电站的运营商东京电力公司(Tepco)目前尚未查明辐射值攀升的原因,但他们却极力否认任何“泄露”的指控。

您已经厌倦听到核电站灾难了?我们也是。



严格说来,这也不是Tepco第一次公开丢脸了。上个月,公司的另一个储水箱——与福岛第一核电站受到质疑的储水箱并没有什么不同——向地面泄露了300吨的放射性水。这些受污染的水可能最终会流向海洋,如果发生这样的情况,那么,日本将面临一场新的生态悲剧。自电站发生熔融以来,南方的渔民就无法进行商业捕鱼,北方的渔民也只能捕到一些海螺和章鱼——一项重创该国捕鱼业的强制性措施。

日本的核监督机构已经证实,根据国际原子能采用的八级放射强度模式,福岛第一核电站泄露的严重程度已经从1级,或者说仅仅是“异常”,提升为 3——“严重事故”。

升高的放射水平引起了Tepco员工的极大关注,他们加班工作,以便安全地盛装、处理并储存水。公司在保护环境方面的失败,也让人们开始怀疑他们是否有能力带领人们开展清洁工作。如果清洁工作未能成功,那么,停运电站可能会在数十年内,耗费日本数百亿美元。
作为对最新环境报告的回应,日本首相安倍晋三承诺,政府将在防治水体污染方面发挥更大的作用。

 “我们不能马上让受污染的水停止泄露。这就是现实。污水仍然在流向大海,而我们应该更好地评估其对环境的影响。”日本原子能管制委员会主席田中俊一说道。

NRGLab 厌倦了类似的事故。是时候让核能休息了——让它安息。是时候从巨型电站过渡到独立的可再生能源了。因为我们不必为了生产一瓦特的电力,而牺牲员工健康、国家安全和环境。至少,不再需要这样做了。

凭借创新的绿色科技,如生物燃料气化的SV-Turbine和无碳多晶硅发电机——SH-Box(多晶体发电机),我们就可以从内至外重组世界的能源基础设施。

一切都始于您、我、我们。当我们齐心协力,推动世界走向清洁能源的时候,也就是一切的开端。

您支持创造一个更好的明天吗?一个更环保的将来?敬请访问nrglab. Asia,获取更多信息,您也可以在Facebook上关注我们,查看新闻和更新。


从英文版翻译而来。原文于915,http://anashell.blogspot.com/2013/09/radiation-levels-18-times-higher-in.html

[ 核电为, 日本的辐射, Tepco, SH-box, radiation level Japan, nuclear power Japan, radiation level Japan, Radiasi di Jepang, 全球经济危机, 塞浦路斯银行危机, 小企业主, 菲律宾 Ana Shell, Ana Shell NRGLab, NRGlab ]

Sunday, October 13, 2013

Ana Shell Berkunjung ke Filipina Untuk Membahas Proyek Gasifikasi

Departemen Pertanian Filipina pada tanggal 14 Agustus  2013 mengadakan pertemuan bisnis dengan Ana Shell, pemilik lembaga pendanaan yang dinamai ‘Territory of Shell’ (www.anashell.com) dan perusahaan NRGLab (Singapura) (www.nrglab.asia) bersama dengan Atty. Emerson U. Palad, Undersecretary dan Kepala Staff Departemen Pertanian, Manuel Jose C. Regalado, Deputy Executive Director Insitut Riset Padi Filipina, Rex L Bingabing, Executive Director PHILMECH (Pusat Pengembangan dan Mekanisasi Pascapanen Filipina), spesialis penelitian sains dari Departemen Energi bersama dengan Jamie Joseph Q. Castillo.



Setiap tahunnya Filipina menghasilkan hingga 1 miliar ton biomassa, atau setara dengan sekitar 200 juta ton  LNG (bernilai 100 miliar dolar).

Untuk tujuan listrik, secara teknis memungkinkan bagi Filipina untuk mengkonsumsi hingga 500 juta ton semak biomassa (pohon kelapa, padi, limbah pisang dan nanas, manga, dll) setiap tahunnya.

Gasifikasi 500 juta ton biomassa setiap tahunnya setara dengan 100 juta ton LNG. Biaya yang dipulihkan (cost recovery) dari pembangunan pembangkit listrik dari gas sintetik (syngas) adalah 3 tahun setelah peluncuran pembangkit listrik. 

Potensi penggunaan biomassa di Filipina dapat menggantikan batu bara, gas, atau minyak yang dibakar untuk menghasilkan listrik. Terlebih lagi, emisi karbon dioksida bisa dipangkas hingga separuhnya.

Satu permasalahan yang dibahas secara intensif dalam pertemuan bisnis tersebut adalah pembangunan pembangunan gasifikasi NRGLab, dengan menggunakan turbin pintarnya sebesar 25 mWh (yang menelan biaya sebesar 25 juta dolar).

Bahan baku bagi pembangkit gasifikasi tersebut akan berasal dari para petani Filipina dengan harga 25 dolar per ton.   

Untuk kebutuhan satu tahun operasional, pembangkit tersebut memerlukan 210.000 ton limbah pertanian (bahan baku) senilai 5.250.000 dolar. Dari bahan baku pertanian ini dapat menghasilkan 215 miliar kWh listrik. Sedangkan harga jual rata-rata listriknya adalah 0.12 dolar, atau sama dengan nisbah harga hasil 25,8 juta dolar.  

Ikuti tautan berikut ini untuk mempelajari lebih jauh tentang program gasifikasi: http://www.nrglab.asia/projects/gasificationprogram.html


Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 20 Agustus: http://anashell.blogspot.com/2013/08/ana-shell-visits-philippines-to-discuss.html

[ Proyek Gasifikasi, Proyek Gasifikasi NRGLab, Biaya Energi Tetap Rendah, energi, Atty. Emerson U. Palad, Manuel Jose C. Regalado, Jamie Joseph Q. Castillo, Rex L. Bingabing, LNG, PHILMECH, Departamen Energi, Ana Shell NRGLab, gasification nrglab, nrglab asia, sh-box nrglab, NRGLab Pte Ltd ]

Thursday, October 10, 2013

瘟疫有可能正在逼近!罪魁祸首是全球变暖

当人们听见“全球变暖”时,他们通常会想到融化的冰帽、升高的海平面和超级风暴。但是,您知道吗,全球变暖还会方便疾病的传播?对了——下一场瘟疫可能正在逼近。而上一次爆发瘟疫时,数百万条生命随之而去!



细菌和寄生虫能在温暖的气候条件下大肆繁殖,这也是它们在某些地方或多或少带有季节性的原因。但它们不再具有季节性了。更长的夏季意味着更长的寿命。更多的传染性疾病。此外,乔治亚大学副教授Sonia Altizer强调说:“一个相当清晰的信号表明,为了应对气候变化,大量疾病的患病率或严重性,都得以增加,这一表现在自然系统中尤其明显。”

Altizer 与他人在最近合著发表了过去十年气候的变化趋势研究。她继续说道:

“因此,在北极,麝牛和驯鹿也能感染寄生虫,而且,寄生虫正以更快的速度发展,变得更为普遍,此外,它们的种类也在增加。其次,在热带海洋,比如加勒比海的珊瑚礁,也存在大量的标本证据,显示气候变暖对珊瑚礁的共生关系的妨碍——这让它们更易受疾病的攻击,同时还会提高部分致命细菌的增长率。”

因此,无论您身居何处——在温暖或寒冷的气候条件下——没有人能免受细菌侵扰。幸运的是,我们还有类似 Altizer 完成的研究,能帮助我们为未来做好准备。

“要预测并管理疾病在人类、动物和植物间爆发,我们需要了解为什么不同的病原体对气候变化的反应各不形同。”她说道。

与其他大陆相比,北美洲和欧洲等大陆能更好地处理未来的瘟疫,因为它们有“监控、传病媒介控制、现代卫生设施、药物和疫苗。[它们]可以进行部署,预防许多疾病的爆发,特别是病媒虫传染疾病或腹泻病,而在发展中国家,这些疾病带来的问题会显得更为严重。因此,这些可以对抗气候变化的影响,要检测这些病原体的增加,也会变得很困难。”Altizer说道。

“传病媒介控制”是指控制扁虱和蚊子等寄生虫,我们已知其能传播黄热病和疟疾。
在发展中国家,疾病的爆发可能会摧毁农业经济。导致粮食短缺、牲畜死去。农民及其家庭的生计受到威胁。

我们应该如何就此进行关注?实际上,根据Altizer的看法,答案并不完全是非黑即白。

“这取决于地理位置。何处、何时以及何种病原体?因此,我认为在接下来的五到十年内,科学家们将能构建一个预测框架,借此回答下列问题,即何种病原体在何处对气候变化做出了回应,且将继续更强烈地做出回应。”

全球变暖的影响正在慢慢地显露出来,且还会在几十年内扩大影响,记录并分析数据也就变得至关紧要了。

从英文版翻译而来。原文于 8 13, http://anashell.blogspot.sg/2013/08/the-plague-could-be-coming-global.html

[ 全球经济危机, 塞浦路斯银行危机, 塞浦路斯银行危, 德国的腐败, 小企业主, 菲律宾 Ana Shell, 气化项目, NRGlab, Ana Shell NRGLab, SH-box, NRGLab Pte Ltd ]


Sunday, October 6, 2013

The U.S. energy bubble – too much of a good thing?

In 1973, the United States’ oil embargo on the Middle East resulted in an era of energy scarcity. Now, forty years later, the country is on the cusp of an energy revolution and an economic surge like never before.

What’s behind this revolution? New technology!



Breakthroughs like horizontal drilling and hydraulic fracturing (fracking) have allowed energy companies to tap into vast reserves of oil and natural gas. Wind and solar, once thought to be green fantasies, have finally become economically feasible. Public utilities are reimagining our obsolete energy infrastructure into something smarter and far more efficient.

By 2020, the U.S. could very well produce as much oil as it consumes, reducing the country’s dependence on an often unstable, and therefore unpredictable, Middle East.

“The transformation we’ve seen in just the last few years from an outlook of scarcity to one of abundance is real,” says Jason Bordoff, Director of Global Energy Policy at Columbia University. “It has huge economic, geopolitical and environmental implications.”

The benefits are obvious. By replacing coal with cheaper, all-natural gas, the U.S. has reduced carbon emissions despite bolstering domestic manufacturing. That means that billions of dollars that would have gone overseas are now staying at home, providing capital for future investments.

Yet energy abundance comes with a whole new set of challenges. Environmentalists have protested the government’s involvement in fracking for oil and gas, and economists have warned that the energy bubble – like the dot com bubble of the 90s – could burst at any time.

But the bubble isn’t just in oil and gas—renewables like solar and wind are growing rapidly. And thanks to the government’s focus on energy efficiency, the U.S. now gets twice as much “bang for its buck” than it did thirty years ago, when the economy was a third its current size!

Global greenhouse gas levels reached an all-time high last year, and in June, the International Energy Agency claimed that we were headed towards a temperature increase as high as 9.5°F by the end of the century – which would all but spell the end of civilization as we know it.

Amy Myers Jaffe, Executive Director of Energy and Sustainability at the University of California – Davis, says that “people can no longer rely on high oil prices and fossil-fuel scarcity to motivate a climate agenda. It completely changes the picture.”


So is too much of a good thing bad for you?  The U.S. is about to find out.

[ energy bubble, energy scarcity, energy revolution, hydraulic fracturing, Jason Bordoff, Columbia University, Amy Myers Jaffe, Ana Shell NRGLab, gasification nrglab, NRGlab, NRGLab Pte Ltd ]

Tuesday, October 1, 2013

Tingkat Radiasi di Jepang 18 Kali Lebih Tinggi Dari yang Dilaporkan – Berkat PLTN

Sampel air yang baru-baru ini diambil dari luar reaktor nuklir Fukushima Daiichi di Jepang menunjukkan tingkat radiasi hampir 18 kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan sebelumnya.  Pada tahun 2011 silam, tsunami menghantam PLTN, menyebabkan hampir 19.000 orang tewas dan kebocoran reaktor Fukushima Daiichi meningkat tiga kali lipat. Kebocoron itu telah memaksa 16.000 orang direlokasi.


Meskipun operator PLTN tersebut, Tokyo Electric Power (Tepco), belum menemukan penyebab penyebaran radiasi, namun mereka menolak keras dugaan adanya “kebocoran”.

Muak dan lelah mendengar tentang bencana PLTN? Kami juga.

Peristiwa ini juga bukan peristiwa memalukan pertama bagi Tepco. Bulan lalu, perusahaan ini mempunyai tangki penyimpanan – mirip dengan yang berisiko di Fakushima Daiichi yang membocorkan 300 ton air radioaktif ke tanah. Apabila air terkontaminasi itu direncanakan untuk dibuang ke laut, dan bila demikian adanya, maka Jepang akan menghadapi ledakan bencana ekologi.

Para nelayan di sebelah selatan masih belum bisa melaut untuk mencari ikan sejak adanya kebocoran PLTN, sedangkan mereka yang di sebelah utara telah diberi tahu hanya bisa menangkap siput besar dan ikan gurita saja – sebuah tindakan yang wajib dilakukan, namun jelas telah melumpuhkan industri penangkapan ikan Jepang.

Pengawas nuklir Jepang mengonfirmasikan bahwa tingkat keparahan kebocoran Fukushima Daiichi berdasarkan 8-poin skala radiokatif dari International Atomic Energy , telah meningkat dari 1 atau hanya “anomali” menjadi 3 atau “kecelakaan serius”.

Tingginya tingkat radiasi menjadi kekhawatiran serius bagi ribuan karyawan Tepco yang bekerja lembur untuk mengisi, memproses, dan menyimpan air dengan aman. Kegagalan perusahaan menjaga lingkungan telah menyebarkan keraguan tentang kemampuan perusahaan untuk melakukan pembersihan. Menutup PLTN, apabila pembersihan tidak berhasil, akan menimbulkan beban biaya puluhan MILIAR dolar bagi ekonomi Jepang selama beberapa dekade.

Untuk menanggapi laporan lingkungan terbaru, PM Jepang, Shinzo Abe, berjanji bahwa pemerintah akan memainkan peranan lebih besar dalam upaya mencegah kontaminasi air. 

“Kami tidak bisa langsung menghentikan kebocoran air terkontaminasi. Itulah kenyataannya. Air masih terus merembes ke laut, dan sebaiknya kami melalukan penilaian dampak lingkungan,” ujar Shunichi Tanaka, kepala Nuclear Regulation Authority Jepang.

NRGLab muak dan lelah dengan berbagai cerita seperti ini. Sudah saatnya energi nuklir untuk diistirahatkan selamanya.  Inilah waktunya transisi dari kekuatan pembangkit listrik raksasa menuju sumber energi terbarukan dan independen. Karena kita tidak perlu mengorbankan keselamatan karyawan, keamanan nasional atau lingkungan, hanya untuk menghasilkan satu watt listrik. Paling tidak, cukup sudah.

Dengan teknologi ramah lingkungan seperti SV-Turbine untuk gasifikasi biofuel dan SH-Box, generator poli-kristal bebas karbon, kami dapat mengubah infrastruktur energi global secara menyeluruh.

Semua dimulai dari Anda. Saya. Kita. Dimulai dari kita sebagai sebuah spesies yang membuat perubahan ke arah energi bersih.

Anda ingin membantu menciptakan masa depan yang lebih baik? Bagaimana dengan masa depan yang lebih ramah lingkungan? Kunjungi nrglab.asia untuk informasi lebih lanjut, atau ikuti kami di Facebook untuk berbagai berita terbaru.


Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 15 September: http://anashell.blogspot.com/2013/09/radiation-levels-18-times-higher-in.html

[ Radiasi di Jepang, Fukushima Daiichi , Tokyo Electric Power, Tepco, PLTN,  International Atomic Energy, Shinzo Abe, Shunichi Tanaka, SV-Turbine, NRGlab, gasification nrglab, Ana Shell NRGLab ]