Tuesday, June 25, 2013

Siapa yang Akan Membawa Lampu dan Listrik ke Afrika?

Sejak tahun 2009, permintaan lampu bertenaga surya di Afrika telah mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 90%. Hampir 4 juta lampu telah terjual, nilai yang sekilas terlihat mengesankan, namun ternyata hanya mewakili 3% dari pangsa pasar saat ini. 3%!


Pada tahun 2009, para ilmuwan berlomba untuk membuat lampu berkualitas dengan harga murah demi membantu memodernisasi dunia berkembang. Dan di tahun 2013 ini,  lebih dari 40 perusahaan memiliki paten produk-produk yang memenuhi standar ketat yang ditetapkan oleh “Lighting Africa”, sebuah program gabungan IFC dan Bank Dunia yang berupaya untuk menyediakan listrik bagi tempat-tempat yang sebelumnya terputus dari aliran listrik. Bagi 40+ perusahaan, rintangan terbesar yang harus mereka hadapi saat ini adalah kurangnya modal kerja. Mereka membutuhkan dana lebih banyak untuk memproduksi dan mengekspor lampu sehingga cukup untuk memenuhi permintaan yang melonjak. Tapi pilihan untuk mengatasi kebutuhan modal yang ada masih jauh dari ideal. Perusahaan dapat mencoba, baik untuk meningkatkan tingkat modal pinjaman mereka dari investor atau bank, atau mengandalkan cadangan modal mereka, yang buntutnya hanya akan menyebabkan mereka jatuh ke jurang kebangkrutan dengan mudahnya.

Pada tahun 2011, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bermitra dengan Dana OPEC bagi Pembangunan Internasional membantu memberikan kredit kepada perusahaan-perusahaan yang kesulitan modal kerja. Hasilnya adalah gelombang penjualan - ratusan ribu lampu bertenaga surya yang diperkenalkan ke Afrika. Selaras dengan berkembangnya pasar, permintaan pasti meningkat. Jika sistem investasi aman pada produsen inovatif, produk-produk berkualitas tidak pada tempatnya, maka akan hampir mustahil bagi ekonomi Afrika bisa menopang dirinya sendiri. Sebaliknya,hal ini akan menjadi korban dari "gelembung" dan "ledakan."

Seperti diketahui banyak orang, teknologi surya memiliki kekurangan. Padahal, panel surya itu terbatas kemampuan dan kapasitas penyimpanannya karena sel fotovoltaik panel surya itu sendiri. Ukurannya juga besar dan tidak berfungsi di malam hari, atau juga ketika hujan. Dan yang paling parah dari semua itu adalah - harganya mahal!

Mengapa mengandalkan lampu bertenaga surya bila bola lampu filamen murah yang dinyalakan melalui jaringan listrik telah menjadi kebutuhan pokok dunia era Thomas Edison dan Nikola Tesla di abad ke-19 silam?

NRGLab secara aktif mencari mitra dan investor untuk membantu menumbuhkan modal kerja yang mencukupi untuk memproduksi SH-box, generator portabel yang mampu memberikan kekuatan ke semua penjuru Afrika, atau negara berkembang lain yang membutuhkan listrik. SH-box dengan tingkat emisi nol dapat membuktikan menjadi bagian yang dapat menjaga stabilitas ekonomi Afrika karena menghasilkan listrik semurah $ 0,03 per kWh sehingga investasi bisa dialokasikan ke tempat lain, misalnya bagi perluasan jaringan listrik dan kesejahteraan sosial.

Visit nrglab.asia for updates on upcoming SH-box auctions, or to learn more about how partnering with NRGLab may just be the soundest investment and smartest decision you’ve ever made.

Kunjungi nrglab.asia untuk informasi terbaru lelang SH-box berikutnya, atau untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana bermitra dengan NRGLab mungkin menjadi investasi yang paling aman dan keputusan bijak yang pernah Anda buat.


Diterjemahkan dari Bahasa Inggris. Artikel asli diterbitkan pada 11 Juni 2013 di http://anashell.blogspot.sg/2013/06/who-will-bring-light-and-electricity-to.html

[ krisis ekonomi, Ana shell, Ana Shell NRGLab, ana shell sh-box, energy alternative, NRGLab Pte Ltd, NRGLab Сингапур, nrglab singapore, NRGlab]

No comments:

Post a Comment