Pertemuan
dengan Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Yang Mulia Bapak Djauhari Oratmangun
Saya terbang ke Jakarta pada tanggal 14 Januari karena mendapat
kabar bahwa Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Bapak Djauhari berada di
Indonesia. Bapak duta besar mempunyai
kemampuan luar biasa untuk membuat dirinya disibukkan dengan berbagai kegiatan
dan keramahtamahan. Beliau telah
mendukung sejumlah proyek yang berpotensi membantu mengembangkan berbagai
industri di Indonesia, dan selama pertemuan dua kali dengan beliau, kami
membahas potensi besar untuk energi ramah lingkungan di Indonesia. Indonesia dikaruniai cahaya matahari yang
melimpah dan kelembapan yang tinggi - kondisi yang sempurna untuk
perkembangbiakan beraneka ragam tumbuhan setiap tahunnya - dan bapak duta besar
telah memberi tanda akan ketertarikan beliau pada metode yang ada untuk
mengonversi tumbuh-tumbuhan (biomasa) menjadi energi listrik yang hemat
biaya.
Pertemuan dengan Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Yang Mulia Bapak Djauhari Oratmangun: Bapak Djauhari, Ana Shell, Dede Apriadi (Pemimpin redaksi, PT NET Mediatama Indonesia) |
Kenyataannya adalah teknologi gasifikasi biomasa yang ada saat
ini untuk menghasilkan listrik tidak menguntungkan secara ekonomi. Saya telah menjelaskan hal ini dalam
publikasi saya sebelumnya. Saat ini, kompetisi antara bahan-bahan mentah murah
seperti minyak mentah dan gas itu sia-sia.
Namun, gasifikasi biomasa dapat bersaing selayaknya dengan minyak mentah
dan gas apabila memenuhi dua syarat berikut ini. Syarat pertama, adanya turbin gas yang murah
(sebagai bagian dari sistem gasifikasi), dengan harga yang tidak lebih dari
US$250 per 1 kW/jam kapasitas. Turbin
seperti ini akan menghasilkan listrik murah untuk seluruh fasilitas gasifikasi
(dengan demikian turbin ini menjadi turbin mandiri), dan juga menghasilkan
listrik hemat biaya serta listrik tambahan untuk dikonsumsi pasar. Misalnya: biaya 10 MW/jam turbin gas di pasaran saat ini
adalah US$10 juta, yang menghasilkan listrik dengan biaya US$0,18. Idealnya,
biaya turbin gas tidak bisa lebih tinggi dari US$2,5 juta sehingga dapat
menghasilkan listrik dengan biaya US$ 0,06.
Syarat kedua adalah turbin baru harus mempunyai efisiensi yang
tidak kurang dari 60%. Jenis turbin gas ini (Eco-SV turbine) sedang
dikembangkan oleh perusahaan Singapura, NRGLab Pte Ltd., dengan pendanaan yang
berasal dari Ana Shell Fund.
Pertemuan
dengan PT Medco Power Indonesia
Saya bertemu dengan tim dari PT MedcoEnergy pada tanggal 15
Januari. Topik utama diskusi kami adalah
kemungkinan untuk memulai kerja sama bisnis untuk pasar lokal Indonesia dan
pasar energi global.
Di Indonesia, listrik yang diproduksi dari gasifikasi biomasa bisa menjadi jenis produksi
utama energi dalam waktu dekat. Harga
bambu, limbah sawit, atau sekam padi per ton setara dengan harga 180 kg LNG
(yaitu US$70) atau 1 ton batu bara (US$50). Hal ini berarti bahwa jumlah
listrik yang sama, yaitu 1,5MW/jam, dihasilkan dengan membakar 180 kg LNG, 1
ton batu bara, atau 1 ton limbah sawit, sekam padi, atau bambu.
Bagaimanapun, untuk Indonesia akan lebih menguntungkan dengan
membakar biomasa, karena jenis bahan bakar ini adalah sumber energi terbarukan
dan dua kali lebih murah daripada minyak mentah. Apabila disetujui, maka konsep ini
memungkinkan Pemerintah Indonesia untuk mengekspor minyak mentah dan LNG, dan
menarik mata uang asing. Dengan harga
limbah pertanian atau tumbuhan liar sebesar US$10 per ton, maka harga satu kW/jam
listrik diperkirakan sebesar US$0,5-0,8.
Pertemuan
dengan Medco Power
Saya berbicara selama satu jam dengan Bapak Soetrisnanto, Senior
Advisor, dan Bapak Hernawan, Business Development Consultant, dan tim Medco
tentang pemanfaatan energi yang dihasilkan dari gasifikasi biomasa. Secara pribadi saya menyukai strategi yang
diperkenalkan oleh Dewan MedcoEnergy untuk menjadi "perusahaan energi yang
disukai" para investor, pemegang saham, mitra, karyawan, dan
masyarakat. Kami memutuskan untuk
bekerja sama (dari pihak saya melalui NRGLab) pada proyek gasifikasi biomasa
dan generator listrik, yang bisa sangat menguntungkan di pasar. MedcoEnergi dan Pemerintah Indonesia telah
mengumumkan niat mereka untuk mengurangi konsumsi minyak sebesar 25% dalam waktu
lima tahun mendatang dengan mengenalkan proyek-proyek energi alternatif,
termasuk pengembangan energi geotermal.
Pada tahun 2025, Jakarta berniat meningkatkan produksi energi alternatif
sebesar 9 ribu megawatt, yang akan memungkinkan untuk menghemat 4 miliar barel
minyak mentah selama kurun waktu tersebut.
Ana Shell di Jakarta |
PT
Sarana Multi Infrastruktur
Saya bertemu dengan pimpinan PT Sarana Multi Infrastruktur
(Persero) pada tanggal 16 Januari untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut
terhadap proyek gasifikasi biomasa dengan menggunakan turbin gas NRGLab Pte.
Ltd. Predir PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Ibu Emma Sri Martini dan
timnya akan menyediakan solusi teknis bagi pembangunan infrastruktur, sehingga
akan menjamin pertumbuhan proyek-proyek energi terbarukan secara nasional.
Kami juga membahas sebuah proposal untuk memanfaatkan 10 juta
ton residu berat yang dikeluarkan dari kilang minyak Pertamina setiap
tahunnya. Dengan menerapkan teknologi
Viscoil, 10 juta ton residu berat tersebut dapat diubah menjadi 6 juta ton
bahan bakar disel, yang akan menghasilkan laba sekitar US$3 miliar. Biaya modal untuk melengkapi kembali kilang
minyak diperkirakan sebesar US$30 juta, dan proyek ini akan berlangsung selama 6 bulan. Sebagai
perbandingan: biaya modal membangun 8 kilang pemecahan viskos (visbreaking) membutuhkan waktu tidak
kurang dari 10 tahun dengan biaya US$6 miliar.
Pusat
Investasi Pemerintah (PIP)
Saya juga bertemu dengan manajemen PIP yang dikepalai oleh Pak
Siregar, beliau mendengarkan pemaparan dua proyek yang diajukan dan menujukkan
peran potensial PIP dalam proyek-proyek tersebut. Saya menyimpan harapan
tinggi bahwa PIP akan menjadi katalis untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
infrastruktur dalam sektor-sektor strategis utama perekonomian Indonesia. Kami telah sepakat untuk mengembangkan sebuah
strategi untuk proyek tersebut bersama-sama, menyediakan penilaian untuk
mengurangi risiko secara terperinci, dan berusaha membereskan aspek hukum agar
dapat membuat kesepatakan investasi dengan PIP yang potensial. Bapak Soritaon Siregar menunjuk dua staff
ahlinya, Julia dan Puji, untuk bekerja dengan Ana Shell Fund dan langsung
menyiapkan semua dokumentasi yang dperlukan (lihat foto di bawah ini).
Pertemuan dengan manajemen Pusat Investasi Pemerintah (PIP): Julia Rahmi, Ana Shell, Puji Sugia Harjiman |
Sebagai catatan pribadi, saya ingin mengomentari tingkat
keoptimisan penerapan energi geotermal di Indonesia. Mahalnya biaya pemanfaatan energi dari
"gunung berapi" tetap menjadi kendalanya: biaya pembangkit geotermal
dua kali lebih mahal daripada PLT batu bara dengan kapasitas yang sama;
terlebih lagi, pekerjaan ini membutuhkan riset selama bertahun-tahun dan
mengembangkan desainnya. Proyek
gasifikasi biomasa NRGLab dua kali lebih murah dan lebih cepat; dan juga
memanfaatkan material terbarukan sebagai bahan-bahannya yang tersedia di
Indonesia. Proyek kedua kami -
memproduksi 6 juta ton disel dari residu berat kilang-kilang minyak Pertamina, dapat
dilaksanakan dalam waktu satu tahun dengan investasi minimum. Yang Mulia Bapak Duta Besar Djauhari
Oratmangun telah mengidentifikasi kedua proyek ini sebagai awal dari kerja sama
strategis jangka panjang kami.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 27 Januari: http://anashell.com/anashell/2014/01/27/energy-indonesia/
energi Indonesia, Duta Besar Indonesia, Bapak Djauhari Oratmangun, energi ramah lingkungan, energi listrik, gasifikasi biomasa, menghasilkan listrik, menguntungkan secara ekonomi, minyak mentah, ana shell media press, ana shell media, ana shell, ana shell fund, NRGLab, turbin, Eco-SV turbine, NRGLab Pte Ltd, Medco Power Indonesia, MedcoEnergy, pasar energi global, produksi energi, limbah sawit, sekam padi, sumber energi terbarukan, LNG, menarik mata uang asing, limbah pertanian, tumbuhan liar, Bapak Soetrisnanto, Bapak Hernawan, Pemerintah Indonesia, konsumsi minyak, energi geotermal, energi alternatif, Sarana Multi Infrastruktur, SMI, Persero, Ibu Emma Sri Martini, proyek-proyek energi, teknologi Viscoil, nettv, Pusat Investasi Pemerintah, PIP, Pak Siregar, pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, Julia Rahmi, Puji Sugia Harjiman, residu berat kilang-kilang minyak Pertamina, strategis jangka panjang