Beberapa tahun yang lalu,
proyek Yasuni milik pemerintah Ekuador menjadi perbincangan dari para aktivis
anti minyak bumi dan perubahan iklim di Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen.
Idenya sederhana, ada cadangan minyak yang amat besar di bawah taman nasional
Yasuni yang kaya dengan keanekaragaman hayati di Ekuador. Biasanya bagi negara
miskin seperti Ekuador, ada dorongan ekonomi yang kuat untuk mengabaikan
kekhawatiran akan lingkungan dan melakukan pengeboran minyak. Namun, Ekuador
memberi pilihan kepada komunitas internasional untuk mengubah situasinya dengan
memberi kompensasi kepada negara tersebut untuk membiarkan minyak yang ada dan
mempertahankan keindahan alam di sana. Jika nilai kompensasi yang ditawarkan
cukup besar, Ekuador akan menjadi negara pertama yang menolak melakukan
pengeboran minyak mereka sendiri.
Hal tersebut adalah ide yang
bagus mengingat hal itu berkaitan langsung dengan isu utama yang dibahas pada
pertemuan perubahan iklim, yaitu isu tentang keadilan. Negara-negara kaya yang
kini mengimbau negara-negara berkembang untuk memangkas emisi mereka adalah negara-negara
yang telah terlebih dahulu menjadi penyumbang utama emisi di atmosfer kita - dalam
kebanyakan kasus, alasan utama negara-negara ini tidak melakukan pengeboran
minyak lagi adalah karena cadangan minyak mereka telah habis. Proyek Yasuni
dapat mengatasi isu ini dengan memberi Ekuador sebuah insentif ekonomi untuk
melakukan tindakan yang benar. Proyek ini memberi Ekuador manfaat dari
pengeboran minyak tanpa efek polusi dan sedikit memperkecil jarak antara negara
kaya dan miskin. Norwegia, negara yang kaya karena pengeboran minyak, adalah
negara kaya pertama yang menawarkan uang kompensasi.
Sayang pada akhirnya, proyek
ini terlalu muluk untuk menjadi kenyataan. Pengeboran minyak di taman nasional
Yasuni telah dijadwalkan, meski adanya protes dari seluruh dunia dan masyarakat
Ekuador. Meski oleh beberapa pihak disebut sebagai menghianati kepercayaan,
ternyata pemerintah Ekuador tengah berdiskusi dengan perusahaan minyak asal Tiongkok
berkaitan dengan pengeboran minyak, di saat mereka mempromosikan proyek Yasuni pada
pertemuan perubahan iklim.
Namun pengkhianatan dan
kegagalan bukanlah kesalahan di pihak pemerintah Ekudor. Sebenarnya, hal ini
adalah kegagalan di pihak komunitas internasional dan negara-negara kaya untuk
membantu Ekuador melindungi taman nasional mereka. Uang kompensasi tidak
dibayarkan, dan perekonomian dunia kapitalis kita memaksa Ekuador untuk
melakukan pengeboran minyak demi kemajuan ekonomi mereka. Faktanya, dengan
tidak membayarkan uang kompensasi, negara-negara kaya seolah membenarkan
tindakan Ekuador yang bernegosiasi dengan perusahaan-perusahaan asal China. Hal
ini tidak memperlihatkan kurangnya kepercayaan dari Ekuador, melainkan mereka
tidak percaya negara-negara lain akan membantu. Dan terbukti, kalau mereka
memang benar.
Kini adalah waktunya bagi
negara-negara kaya untuk menyadari bahwa jika dunia harus mengubah sistem
energi yang bergantung pada minyak, maka mereka yang telah menggunakan bahan
bakar fosil lebih lama harus berada di garis depan. Meminta dan berharap
negara-negara yang lebih kecil dengan sumber daya yang terbatas untuk
memulainya tidak akan berhasil. Hal ini hanya memperparah ketidakadilan global
yang kita semua alami. Kita semua perlu bertindak untuk mengubah kebiasaan kita
dan menjauh dari penggunaan minyak. Namun, atas nama demi keadilan dan
kesetaraan, negara-negara kaya harus memberi contoh. Kini saatnya bagi
negara-negara kaya untuk berhenti berlambat-lambat dan sebaliknya bertindak
daripada hanya berbicara.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli
di publikasikan tanggal di 19.03.2014: http://anashell.blogspot.com/2014/03/a-failure-of-imagination-leads-us-to.html
[ proyek Yasuni, pemerintah Ekuador, Konferensi Perubahan Iklim Kopenhagen, taman nasional Yasuni, kekhawatiran akan lingkungan, melakukan pengeboran minyak, Pengeboran minyak di taman nasional Yasuni ]
No comments:
Post a Comment