Tuesday, March 11, 2014

Memerangi Perdagangan Senjata Tanpa Kekerasan

Saat menulis artikel ini, saya mendengar berita tentang sidang pengadilan yang berlangsung selama dua hari terakhir di daerah West Midlands, Inggris. Tahun lalu, lima aktivis memblokir jalan masuk utama ke Excel Docklands di London saat perhelatan pameran dua tahunan dari Peralatan Keamanan dan Persenjataan Internasional (Defence Security Equipment International - DSEI) dilangsungkan.  Para aktivis yang adalah penganut kristiani ini (salah satunya adalah Pendeta), selama aksi protes tanpa kekerasan mereka hanya berlutut sambil berdoa dan menyanyikan himne.  Sementara itu di lokasi pameran DSEI ada ratusan perusahaan yang berlomba-lomba untuk menjual senjata, bahan peledak, dan kendaraan lapis baja kepada banyak perwakilan pemerintah yang menghadiri pameran tersebut. Perbedaan antara kedua kelompok ini amat mencolok. Sayangnya para aktivislah yang kalah dalam pertarungan mereka yang tanpa kekerasan dengan pemerintah, dan mereka ditahan atas dasar pelanggaran karena masuk tanpa izin.



Hari ini, hakim pengadilan Stafford telah memutuskan bahwa para aktivis tidak bersalah.   Memang, kebebasan mereka tampaknya diperoleh karena kesalahan teknis di pihak kepolisian. Instruksi polisi saat memerintahkan agar para aktivis untuk pergi tidak jelas atau kurang terperinci sehingga mereka tidak bisa bertindak sesuai dengan perintah tersebut. Namun, ini tetap suatu kemenangan penting. Para aktivis telah diperbolehkan untuk menyampaikan argumen tentang legalitas taktik mereka di hadapan pengadilan hukum. Seperti biasa, pihak kepolisian terlihat jelas bertindak amat licik atau bodoh. Di NRGLab dan Ana Shell Fund, kami memuji kelima aktivis karena telah memperjuangkan apa yang mereka percayai meski adanya ancaman tiga bulan penjara.

Yang menarik dari pengadilan ini adalah standar ganda serta kemunafikan di Inggris Raya, yang katanya, adalah negara yang menjunjung "kebebasan dan keadilan".  Salah satu argumen yang digunakan oleh pembela berkisar pada insiden di pameran DSEI tahun 2013 karena ada dua perusahaan yang dikeluarkan dari pameran. Hal itu terjadi karena kedua perusahaan tersebut mempromosikan penjualan senjata yang dianggap ilegal dalam hukum Inggris. Magforce Internasional dari Prancis serta Tianjin Myway dari Cina dikeluarkan dari DSEI karena menjual proyektil listrik pengejut, tongkat pengejut, dan borgol kaki dengan pemberat. DSEI baru mengambil tindakan setelah Caroline Lucas, seorang anggota parlemen mengajukan pertanyaan ke parlemen sehubungan dengan adanya desas-desus akan penjualan senjata tersebut di pameran.

Sayangnya, DSEI bersikap biasa-biasa saja sehubungan dengan aksi ilegal dari kedua perusahaan dan mereka yang terlibat dalam pameran senjata tersebut juga tidak ada yang didakwa. Padahal kejahatan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang menjual tongkat pengejut dan rudal kejut jauh lebih besar dari pada kelima orang yang dengan tenang berlutut di jalan, namun justru kelima orang inilah yang malah didakwa oleh negara dan kepolisian. Kebebasan mereka pun hanya terjadi karena kesalahan teknis. Jika kepolisian melakukan tugas mereka dengan baik, mungkin kelima aktivis inilah yang akan berada di penjara malam ini sementara Magforce dan Myway dengan bebas melanjutkan bisnis mereka – bisnis yang didasarkan pada penindasan dan kekerasan terhadap mereka yang direbut haknya dan miskin.

Meski kisah ini berlokasi di Inggris, apa yang terjadi tidak hanya terjadi di Inggris. Prioritas negara amat jelas.  Jika Anda berupaya membela yang lemah, yang tidak punya apa-apa, yang rumahnya hancur karena rudal, yang kehidupannya direnggut oleh pistol, dan yang kebebasannya dibelenggu dengan borgol kaki dengan pemberat, Anda kemungkinan besar adalah penjahat. Jika Anda berkontribusi pada situasi di atas dengan membuat borgol kaki, rudal, pistol dan senjata penyiksa - hal itu tidak apa-apa, Anda bebas melanjutkan bisnis tersebut asalkan Anda mendatangkan keuntungan bagi para politikus dan pemangku kepentingan. Aktivis yang melakukan protes tanpa kekerasan adalah kelompok berbahaya sementara perusahaan yang keuntungannya berasal dari kekerasan adalah warga negara teladan. Ideologi terbalik ini dianut dalam kebudayaan neoliberal global dewasa ini. Kita semua hendaknya meniru kelima aktivis di atas dan bertindak menentang hal ini.


Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 25.02.14: http://anashell.blogspot.com/2014/02/fighting-arms-trade-with-non-violence.html


Excel Docklands di London, Peralatan Keamanan dan Persenjataan Internasional, Defence Security Equipment International, DSEI, hakim pengadilan Stafford, NRGLab, Ana Shell Fund, Caroline Lucas





No comments:

Post a Comment