Beberapa tahun yang lalu teknologi pengumpulan dan
penyimpanan karbon (carbon capture and
storage – CCS) menjadi salah satu harapan baru dari industri pengumpulan bahan
bakar fosil. Tujuannya secara sederhana dapat dipahami dari nama teknologi ini,
yaitu mengumpulkan karbon yang dilepaskan oleh pabrik-pabrik penghasil polusi
dan menyimpannya di dalam bebatuan di bawah tanah. Meski menjadi pusat
perbincangan pada konferensi perubahan iklim di Kopenhagen pada tahun 2009,
kepopuleran CCS telah menurun selama
beberapa tahun. Hal ini diakibatkan oleh kesibukan dunia untuk mencari
energi yang dapat diperbarui sebagai pengganti bahan bakar fosil. Apalagi
belakangan dunia juga terobsesi dengan jenis baru dari bahan bakar fosil yang lebih
sulit diekstrak seperti, bitumen dan gas alam dari proses rekah hidrolik (fracking). Namun, sepertinya CCS akan
kembali diperbincangkan. Sebuah laporan di The
Guardian baru-baru ini menyatakan bahwa industri CCS di Inggris saja diperkirakan
bernilai sekitar 35 milyar poundsterling pada tahun 2030. Bayangkan nilainya di
negara seperti Amerika Serikat, China, dan negara-negara lain dengan tingkat
emisi yang terus berkembang seperti Jerman, Jepang, Kanada, dan Australia.
Awalnya, CCS memang terlihat seperti
ide yang bagus. Penalarannya, jika teknologi untuk mengumpulkan dan menyimpan
emisi di tempat yang aman dan jauh dari atmosfer bumi yang telah rusak karena
emisi karbon memang ada, mengapa tidak? Apalagi dunia tidak mungkin serta merta
beralih dari perekonomian yang bergantung pada bahan bakar fosil ke sumber
energi terbarukan, karena itulah untuk sementara waktu kita harus melakukan
sesuatu, bukan? Sayangnya, ada beberapa masalah dengan solusi ini, baik dari
sisi praktis maupun teoritis. Pertama dari sisi praktis. CCS sebenarnya hanya
mengubur emisi sehingga tidak tampak, namun sesungguhnya tidak menghilangkan emisi
tersebut. Jika ada bencana alam seperti gempa bumi atau penggalian dilakukan di
lokasi, hal ini bisa mengakibatkan emisi yang telah dikubur tadi secara tidak
sengaja terlepas lagi ke atmosfer dan manfaat awal yang dihasilkan CCS menjadi
sia-sia.
Namun sesungguhnya problem
terbesarnya adalah secara teoritis. CCS memberi kita pola pikir yang salah
dalam menangani masalah di abad yang akan datang. CCS tidak akan menjadi solusi
sementara saat dunia berupaya beralih dari perekonomian yang bergantung pada
bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Sebaliknya CCS seolah menjadi batu
loncatan untuk menutupi keengganan sistem yang ada untuk beralih ke energi terbarukan.
Saat emisi karbon terkubur di bawah tanah, para politisi akan mengaku telah
menyelesaikan masalah dan tak lagi berupaya untuk menemukan teknologi baru yang
lebih efisien dan terbarukan. Suatu kondisi yang amat menguntungkan bagi sumber
dana para politikus yang merupakan pemain di industri bahan bakar fosil.
Industri bahan bakar fosil
akan terus diistimewakan sementara isu-isu menyangkut pengumpulan bahan bakar
akan diabaikan. Misalnya, kerusakan yang terjadi karena proses rekah hidrolik (fracking); dampak pengembangan bitumen di
lokasi penduduk asli Kanada (Canadian First Nations); masalah yang masih akan
muncul berkenaan dengan teori peak oil;
perang yang berkelanjutan di Timur Tengah untuk menguasai sumber minyak. Semua ini
mungkin bisa diabaikan jika CCS dapat membuat minyak, gas, dan batu bara
terlihat sebagai ‘energi hijau’. Ini sungguh memalukan. Bahan bakar fosil
adalah zat yang paling menghancurkan yang ada di bumi dewasa ini. Maka amatlah
penting agar teknologi yang memungkinkan efisiensi serta alternatif yang di
kembangkan di NRGLab tidak diabaikan hanya karena status quo ekonomi saat ini
yang ingin terus dipertahankan.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli
di publikasikan tanggal di 16.02.14: http://anashell.blogspot.com/2014/02/capturing-future-for-fossil-fuels.html
[ bakar fosil, carbon capture and storage, CCS, energi yang dapat diperbarui, NRGlab, teknologi pengumpulan dan penyimpanan karbon, the guardian ]
[ bakar fosil, carbon capture and storage, CCS, energi yang dapat diperbarui, NRGlab, teknologi pengumpulan dan penyimpanan karbon, the guardian ]
No comments:
Post a Comment