Yang namanya bisnis global, pasti
berkaitan dengan ekspansi, karena pada hakikatnya bisnis itu selalu mencari
pasar baru. Kerap kali, pasar-pasar baru ditemukan pada rumah tangga kebanyakan
yang telah kehilangan keuntungan ekonomi sejak era perang. Alih-alih mendukung
kerja sama ekonomi, para pemimpin dunia justru mendukung kehidupan yang saling
menghancurkan. (http://gt2030.com). Artinya,
kalau mereka tidak mau bekerja sama,
bagaimana bisnis global bisa bertahan?
Tahun 1981, Presiden
Ronald Reagen menandatangani undang-undang yang memungkinkan para konsumen
mengonsolidasikan utang-utang mereka, yaitu dengan mengambil pinjaman baru
untuk melunasi utang-utang lama. Terjadilah gelombang iklan masal yang mengajak
masyarakat ‘berutang’ demi mendapatkan
barang-barang yang sebenarnya tidak mampu mereka beli.
Bisnis-bisnis mulai
meyakinkan rumah-rumah tangga untuk mengambil lebih banyak pinjaman, dan
membiarkan urusan konsolidasi utang menjadi masalah belakangan. Para operator
ponsel menciptakan kebutuhan (semu) untuk terus berkomunikasi tanpa henti.
Perusahaan-perusahaan farmasi memaksa pasien-pasien untuk menelan berbagai pil
untuk setiap gejala kesehatan kecil sekalipun. Pabrik-pabrik garmen membuat
orang-orang tertarik untuk membeli pakaian-pakaian baru untuk setiap musim.
Pada praktiknya, setiap orang mengambil pinjaman dari bank untuk membeli
sesuatu yang mereka tidak perlukan, atau dengan kata lain menyerahkan uang yang
mereka hasilkan dengan susah payah kembali ke bank.
Pemasaran menjadi alat
yang sangat mujarab. Penelitian telah membuktikan bahwa emosi, kata-kata, dan
gambar mempunyai kemampuan untuk membujuk konsumen agar mau membeli, membeli,
dan MEMBELI! Mengapa tidak ada pemasaran di abad ke-19 silam? Karena waktu itu,
pasokan barang-barang ada sesuai dengan besarnya permintaan nyata. Tidak ada
ilusi “ingin”. Waktu itu yang ada
hanyalah kebutuhan untuk bertahan hidup.
Rasionalitas, berpikir
kritis, dan pengetahuan ilmiah adalah musuh-musuh bisnis global. Karena semua
itu mencegah konsumen mengambil pinjaman yang tidak perlu, sehingga
mengakibatkan terhambatnya ekspansi ekonomi. Karena itulah, sekitar tiga puluh
tahun lalu, berbagai bisnis muncul untuk menciptakan konsumen ideal – yang
tidak rasional dan tidak bisa berpikir untuk diri mereka sendiri.
Sekarang sudah banyak
konsumen ideal tersebut. Nyatanya mereka ada di mana-mana! Mereka mencintai
hidup yang dikelabui hanya dengan emosi dan hasrat untuk mendapatkan sesuatu
yang baru semata. Melahap apapun demi popularitas sesaat. Mereka ceria,
positif, dinamis, dan siap membeli apapun yang “terbaru dan terhebat”. Yang
parahnya lagi, mereka tidak menyadari perilaku “otomatis tersihir” seperti
zombie ini!
Secara perlahan-lahan,
media massa membesarkan konsumen ideal ini. Iklan radio dan TV. Penempatan
produk dalam film-film. Semuanya dimulai dari anak-anak usia sekolah dengan
kartun dan komik, lalu beralih ke dunia dewasa dengan berlangganan majalah yang
mengarahkan persepsi orang tentang dunia. Ada banyak iklan tentang pakaian
mahal dan aksesoris. Parfum dan kolonye. Semua yang dibutuhkan orang untuk
menjadi “cantik” dan “bahagia”.
NRGLab mengirimkan banyak
proposal bisnis ke para manajer perusahaan-perusahaan di seluruh dunia,
sayangnya, sembilan dari sepuluh proposal jatuh ke tangan antek-antek kelas
bawah yang tidak bisa melihat potensi keuntungan besar di depan mata mereka.
Mereka malas dan tidak termotivasi. “Siapa peduli dengan energi ramah
lingkungan?” Pada dasarnya, kalau itu bukan ponsel cerdas baru yang mentereng
atau aplikasi iPhone gratis, akan sulit menarik perhatian orang.
Tidak seperti para
manajer di negara-negara maju, para manajer di negara-negara berkembang lebih
berpikiran terbuka. Mereka mampu melihat
keuntungan-keuntungan dari proposal bisnis kami. Mereka belum menjadi mangsa
mentalitas konsumen. Mereka masih rasional dan hidup dengan warisan dan budaya
mereka sendiri. Padahal, pusat industri
dan komersial bakal segera muncul di negara-negara berkembang. Lalu apa yang
bakal terjadi? Akankah mereka bersiap
untuk “progres”?
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal
di 29 April: http://anashell.blogspot.com/2013/04/global-business-has-turned-consumers.html
[ Ronald Reagen, krisis ekonomi, krisis di siprus, nrglab singapore, nrglab company, NRGLab Pte Ltd, NRGLab auction, NRGlab, nrglab asia, SH-box, sh-box nrglab ]
No comments:
Post a Comment