Apakah orang tua dengan
penghasilan 10.000 dolar per bulan perlu membangun kebiasaan bekerja keras pada
anak-anak mereka? Banyak orang tua
membangun kebiasaan wajib bekerja dengan cara memaksa anak-anak mereka. Meski ilmu pedagogi tidak mendukung,
kebanyakan orang tua berupaya memaksa anak-anak mereka untuk bekerja melalui intimidasi secara emosional. Beberapa orang tua memiliki keyakinan pada cara
yang tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan sama sekali tentang nilai evolusi kerja;
idenya bahwa dengan bekerja telah membantu kera berubah menjadi manusia,
orang-orang prasejarah mengajari anak-anak mereka bekerja sejak dini.
Keyakinan tanpa dasar
ilmiah tentang motivasi untuk bekerja menciptakan adalah propaganda ciptaan pemerintah
dan keyakinan itu tidak benar. Motivasi
sesungguhnya untuk bekerja (misalnya berburu) tidak berasal dari keinginan
untuk terlihat baik di mata kenalan Anda, namun lebih karena naluri bertahan
hidup. Manusia yang lapar akan memburu
antelop dan memancing ikan untuk memberi makan diri mereka sendiri dan keluarga
mereka.
Keluarga-keluarga zaman
purba hidup bersama dalam rumah tangga yang besar. Orang tua zaman purba tidak pernah berpikir
untuk membangun etika kerja dalam diri anak-anak mereka mengingat anak-anak ini
lapar setiap hari. Sejak dini, anak-anak
ini melihat sendiri ibu, ayah, dan kakek nenek mereka berupaya keras untuk
bertahan hidup. Hal ini dengan
sendirinya mencetak pola kebiasaan dalam diri anak-anak. Mereka tidak hanya melihat ayah mereka pergi
berburu namun juga melihat sang ayah kembali dengan atau tanpa hasil buruan.
Sering kali rumah dan
ruang kerja tidak dipisahkan oleh pembatas dan anak bisa langsung berada di
bengkel kerja hanya dengan turun ke bawah dari ruang keluarga di lantai
atas. Pekerjaan yang dilakukan dari
rumah adalah fondasi bagi keluarga pekerja. Saat bertumbuh dewasa, sang anak
mulai membantu keluarga dengan sendirinya.
Seorang wanita yang menikah dan tinggal dengan keluarga suaminya akan
melakukan tugas-tugas yang sama yang biasa dilakukannya di rumahnya sendiri
dengan ibunya. Proses mengembangkan kebiasaan bekerja dalam diri anak-anak
selalu berkaitan dengan kesulitan sehari-hari dalam kehidupan keluarga.
Dalam masyarakat modern,
motivasi untuk makan telah ditinggalkan dan digantikan dengan kebutuhan
masyarakat, serta pekerjaan keluarga pun telah menghilang. Kapitalisme dan
pemerintah telah mengambil anak-anak yang cerdas dari keluarga mereka untuk
mengisi jabatan-jabatan penting pada perusahaan dan anak-anak yang “biasa-biasa saja” diberikan pekerjaan yang
tidak terlalu penting. Itulah sebabnya
anak-anak modern tidak dapat mengamati pengalaman orang tua mereka dan anggota
keluarga yang lain.
Pagi hari, anak-anak dan
orang tua bergegas menuju tempat kerja mereka dan hanya memiliki kesempatan
untuk bertemu sebagai keluarga saat makan malam. Anak-anak bergantung pada
media dan model perilaku yang diciptakan oleh perusahaan sebagai pedoman
hidup. Itulah sebabnya media massa memainkan
peranan yang amat penting dalam membodohi massa dan menciptakan motivasi
perilaku bagi anak-anak modern.
Perusahaan telah mengambil waktu dan ruang vital dalam keluarga modern.
Dalam setahun, sebuah keluarga modern hanya memiliki sepuluh hari untuk
dihabiskan bersama, dan waktu ini dihabiskan untuk berwisata daripada untuk
usaha keluarga.
Mari kita menengok pada
keluarga tradisional Cina dan rumah/ruang kerja mereka sebagai contoh paling
bagus untuk menghubungkan antara pekerjaan keluarga dan bisnis. Sebuah keluarga besar yang terdiri dari
sepuluh anggota keluarga atau lebih tinggal di rumah toko bertingkat dua hingga
tiga yang sempit. Toko atau ruang kerja biasanya berada di lantai dasar. Banyaknya kompetisi di dalam keluarga memaksa
anak-anak untuk bekerja lebih dari delapan jam per hari. Namun, pekerjaan yang dilakukan bukanlah
untuk seorang majikan, melainkan bagian dari kehidupan tradisional keluarga
yang termasuk bekerja, dan pekerjaan tidak dilihat begitu saja. Kebebasan kehidupan keluarga inti mencegah
majikan (pemberi kerja) mendapatkan penghasilan tambahan dari masing-masing
anggota keluarga, dan akibatnya keluarga seperti ini diserang.
Keluarga tradisional
seperti ini kerap diperbudak oleh negara, yang ingin menerima pemasukan dari
setiap keluarga untuk kas negara atau menjalankan keinginan pemberi kerja
global. Negara menindas
keluarga-keluarga semacam ini dalam banyak hal, termasuk menaikkan sewa rumah
sehingga negara dapat terus mempertahankan monopoli dalam jenis bisnis
tertentu. Keluarga pekerja seperti ini
sesungguhnya mampu menghidupi diri sendiri atau melakukan barter dengan biaya
sepuluh kali lipat lebih murah (dari usaha kantin milik keluarga) dibandingkan
dengan yang pemerintah dapat sediakan.
Kini di Singapura, rumah
yang dijadikan tempat usaha hampir tidak ada lagi. Rumah yang dijadikan tempat usaha (ruko)
masih tersebar di RRT, Vietnam, dan banyak negara lain. Jika Anda menanyakan
keluarga-keluarga di sana tentang caranya membangun kebiasaan bekerja pada
anak-anak mereka, reaksi yang Anda dapatkan adalah tatapan keheranan, karena
anak-anak mereka hidup dalam keadaan bahagia dan bukan sebagai tenaga kerja
paksa.
Kita sering melihat
anak-anak dari keluraga dengan penghasilan di atas 10.000 dolar per bulan
menjadi parasit sosial. Hal ini terjadi
karena pembagian tenaga kerja modern memungkinkan untuk mempekerjakan pembantu
rumah tangga lebih dari satu, yang pekerjaannya membebaskan anak-anak dari
beban kebutuhan. Dalam keluarga seperti ini rasa lapar tidak lagi menjadi
kekhawatiran. Kebutuhan yang tersisa adalah kebutuhan akan hiburan yang
dipuaskan lewat melancong, mobil, pakaian, dsb. Dari sudut pandang sosial yang
lebih luas, orang seperti ini adalah parasit yang sulit menemukan tempat mereka
dalam masyarakat. Sering kali, anak-anak
seperti ini tidak dapat menemukan pekerjaan yang “pantas” untuk diri sendiri
sehingga orang tua mereka harus ikut campur agar mereka mendapat pekerjaan.
Kesimpulannya, anak-anak
tidak dapat diajar etika kerja tanpa ada rasa membutuhkan. Orang tua harus menciptakan kebutuhan seperti
ini dalam diri anak-anak mereka meski keluarga mereka memiliki kekayaan yang
menjamin masa depan. Hal ini dapat
dicapai orang tua dengan melibatkan anak-anak mereka dalam usaha keluarga.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli
di publikasikan tanggal di 9.05.2014: http://anashell.com/anashell/2014/05/09/developing-work-ethic-children/'
[ kebiasaan bekerja keras, intimidasi secara emosional, dasar ilmiah, propaganda ciptaan pemerintah, kehidupan keluarga, masyarakat modern, Ana Shell, Membangun Etika Kerja pada Anak ]
No comments:
Post a Comment