Sampel air yang baru-baru ini diambil dari luar reaktor
nuklir Fukushima Daiichi di Jepang menunjukkan tingkat radiasi hampir 18 kali lebih
tinggi daripada yang dilaporkan sebelumnya.
Pada tahun 2011 silam, tsunami menghantam PLTN, menyebabkan hampir
19.000 orang tewas dan kebocoran reaktor Fukushima Daiichi meningkat tiga kali
lipat. Kebocoron itu telah memaksa 16.000 orang direlokasi.
Meskipun operator PLTN tersebut, Tokyo Electric Power
(Tepco), belum menemukan penyebab penyebaran radiasi, namun mereka menolak
keras dugaan adanya “kebocoran”.
Muak dan lelah mendengar tentang bencana PLTN? Kami juga.
Peristiwa ini juga bukan peristiwa memalukan pertama bagi
Tepco. Bulan lalu, perusahaan ini mempunyai tangki penyimpanan – mirip dengan
yang berisiko di Fakushima Daiichi yang membocorkan
300 ton air radioaktif ke tanah. Apabila air terkontaminasi itu direncanakan
untuk dibuang ke laut, dan bila demikian adanya, maka Jepang akan menghadapi
ledakan bencana ekologi.
Para nelayan
di sebelah selatan masih belum bisa melaut untuk mencari ikan sejak adanya
kebocoran PLTN, sedangkan mereka yang di sebelah utara telah diberi tahu hanya
bisa menangkap siput besar dan ikan gurita saja – sebuah tindakan yang wajib
dilakukan, namun jelas telah melumpuhkan industri penangkapan ikan Jepang.
Pengawas nuklir Jepang mengonfirmasikan bahwa tingkat
keparahan kebocoran Fukushima Daiichi berdasarkan 8-poin skala radiokatif dari International Atomic Energy , telah
meningkat dari 1 atau hanya “anomali” menjadi 3 atau “kecelakaan serius”.
Tingginya tingkat radiasi menjadi kekhawatiran serius
bagi ribuan karyawan Tepco yang bekerja lembur untuk mengisi, memproses, dan
menyimpan air dengan aman. Kegagalan perusahaan menjaga lingkungan telah
menyebarkan keraguan tentang kemampuan perusahaan untuk melakukan pembersihan.
Menutup PLTN, apabila pembersihan tidak berhasil, akan menimbulkan beban biaya
puluhan MILIAR dolar bagi ekonomi Jepang selama beberapa dekade.
Untuk menanggapi laporan lingkungan terbaru, PM Jepang,
Shinzo Abe, berjanji bahwa pemerintah akan memainkan peranan lebih besar dalam
upaya mencegah kontaminasi air.
“Kami
tidak bisa langsung menghentikan kebocoran air terkontaminasi. Itulah
kenyataannya. Air masih terus merembes ke laut, dan sebaiknya kami melalukan
penilaian dampak lingkungan,” ujar Shunichi Tanaka, kepala Nuclear Regulation Authority Jepang.
NRGLab muak dan lelah dengan berbagai cerita seperti ini.
Sudah saatnya energi nuklir untuk diistirahatkan selamanya. Inilah waktunya transisi dari kekuatan
pembangkit listrik raksasa menuju sumber energi terbarukan dan independen.
Karena kita tidak perlu mengorbankan keselamatan karyawan, keamanan nasional
atau lingkungan, hanya untuk menghasilkan satu watt listrik. Paling tidak,
cukup sudah.
Dengan teknologi ramah lingkungan seperti SV-Turbine
untuk gasifikasi biofuel dan SH-Box, generator poli-kristal bebas karbon, kami
dapat mengubah infrastruktur energi global secara menyeluruh.
Semua dimulai dari Anda. Saya. Kita. Dimulai dari kita
sebagai sebuah spesies yang membuat perubahan ke arah energi bersih.
Anda ingin membantu menciptakan masa depan yang lebih
baik? Bagaimana dengan masa depan yang lebih ramah lingkungan?
Kunjungi nrglab.asia untuk informasi lebih lanjut, atau ikuti kami di Facebook
untuk berbagai berita terbaru.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di
publikasikan tanggal di 15 September: http://anashell.blogspot.com/2013/09/radiation-levels-18-times-higher-in.html
[ Radiasi di Jepang, Fukushima Daiichi , Tokyo Electric Power, Tepco, PLTN, International Atomic Energy, Shinzo Abe, Shunichi Tanaka, SV-Turbine, NRGlab, gasification nrglab, Ana Shell NRGLab ]
No comments:
Post a Comment