Sejak tahun 2009, permintaan lampu bertenaga surya di Afrika telah mengalami pertumbuhan
tahunan sebesar 90%. Hampir
4 juta lampu telah
terjual, nilai yang sekilas terlihat mengesankan, namun ternyata hanya
mewakili 3% dari pangsa pasar
saat ini. 3%!
Pada tahun 2009, para ilmuwan
berlomba untuk membuat lampu berkualitas dengan harga
murah demi membantu memodernisasi
dunia berkembang. Dan di tahun 2013
ini, lebih dari 40 perusahaan memiliki paten
produk-produk yang memenuhi standar ketat yang ditetapkan oleh “Lighting
Africa”, sebuah program gabungan IFC
dan Bank Dunia yang berupaya untuk menyediakan listrik bagi tempat-tempat yang sebelumnya terputus dari aliran listrik. Bagi 40+ perusahaan, rintangan
terbesar yang harus mereka hadapi saat ini adalah kurangnya
modal kerja. Mereka membutuhkan dana lebih banyak untuk memproduksi dan
mengekspor lampu sehingga cukup untuk memenuhi permintaan
yang melonjak. Tapi pilihan untuk
mengatasi kebutuhan modal yang ada masih jauh dari ideal. Perusahaan dapat mencoba, baik untuk meningkatkan tingkat modal pinjaman mereka
dari investor atau bank, atau mengandalkan cadangan modal mereka, yang buntutnya
hanya akan menyebabkan mereka jatuh ke jurang kebangkrutan dengan mudahnya.
Pada tahun 2011, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) bermitra dengan Dana
OPEC bagi Pembangunan Internasional
membantu memberikan kredit kepada
perusahaan-perusahaan yang kesulitan modal
kerja. Hasilnya adalah gelombang
penjualan - ratusan
ribu lampu bertenaga surya
yang diperkenalkan ke Afrika. Selaras dengan berkembangnya pasar, permintaan pasti meningkat. Jika sistem
investasi aman pada produsen inovatif,
produk-produk berkualitas tidak pada tempatnya, maka akan hampir mustahil bagi ekonomi Afrika bisa menopang dirinya sendiri. Sebaliknya,hal
ini akan menjadi korban dari "gelembung"
dan "ledakan."
Seperti diketahui banyak
orang, teknologi surya memiliki kekurangan. Padahal,
panel surya itu terbatas kemampuan dan kapasitas
penyimpanannya karena sel fotovoltaik panel surya itu sendiri.
Ukurannya juga besar dan tidak berfungsi di malam hari,
atau juga ketika hujan. Dan yang paling parah dari semua itu adalah -
harganya mahal!
Mengapa mengandalkan lampu bertenaga surya bila bola lampu filamen murah
yang dinyalakan melalui jaringan listrik telah menjadi kebutuhan
pokok dunia era Thomas Edison dan Nikola Tesla
di abad ke-19 silam?
NRGLab secara aktif mencari mitra dan
investor untuk membantu menumbuhkan modal kerja yang mencukupi untuk
memproduksi SH-box, generator portabel yang mampu memberikan kekuatan ke semua
penjuru Afrika, atau negara berkembang lain yang membutuhkan listrik. SH-box
dengan tingkat emisi nol dapat membuktikan menjadi bagian yang dapat menjaga
stabilitas ekonomi Afrika karena menghasilkan listrik semurah $ 0,03 per kWh sehingga
investasi bisa dialokasikan ke tempat lain, misalnya bagi perluasan jaringan listrik
dan kesejahteraan sosial.
Visit nrglab.asia for updates on upcoming
SH-box auctions, or to learn more about how partnering with NRGLab may just be
the soundest investment and smartest decision you’ve ever made.
Kunjungi nrglab.asia untuk informasi terbaru lelang SH-box berikutnya, atau untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana
bermitra dengan NRGLab mungkin menjadi investasi yang paling aman dan
keputusan bijak yang pernah Anda buat.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris. Artikel asli
diterbitkan pada 11 Juni 2013 di http://anashell.blogspot.sg/2013/06/who-will-bring-light-and-electricity-to.html
[ krisis ekonomi, Ana shell, Ana Shell NRGLab, ana shell sh-box, energy alternative, NRGLab Pte Ltd, NRGLab Сингапур, nrglab singapore, NRGlab]
No comments:
Post a Comment