Topik perbincangan yang
hangat hari ini (setidaknya di antara teman-teman saya) adalah tentang keadilan
demi iklim. Pendek kata, ini berarti ada beberapa negara yang memiliki tanggung
jawab atas sejumlah besar polusi yang mereka hasilkan di masa lalu. Sementara
negara lain memerlukan bantuan untuk mengatasi dampak polusi tersebut, sambil
memastikan mereka tidak menciptakan polusi dalam jumlah besar yang sama. Oleh
karena itu, negara-negara dengan tanggung jawab di masa lampau sepatutnya
membantu negara-negara lain. Hal ini memang mudah di ucapkan, namun cukup sulit
untuk dilaksanakan.
Hal ini mengingatkan akan
sebuah isu serupa yang baru-baru ini menjadi sorotan berita - yaitu memperbaiki
dampak yang timbul akibat perbudakan. Dampak akibat perdagangan budak dari
Afrika ke Amerika Utara dan wilayah Karibia masih dirasakan bahkan hingga hari
ini meskipun 150 tahun telah berlalu sejak perang sipil Amerika mengakhiri
perbudakan di negara tersebut (jangka waktu yang lebih lama telah berlalu sejak
perbudakan dihentikan di bagian lain bumi ini). Kita masih melihat kemiskinan dan diskriminasi yang di alami oleh warga kulit
hitam di Amerika Serikat. Ekonomi berbasis sumber daya di Karibia yang
menyebabkan warga di sana tetap miskin. Serta konfilk dan problem di wilayah
Afrika Barat, tempat asal para budak.
Saat isu-isu ini diangkat,
negara-negara barat cenderung berupaya untuk mengelak dan mengabaikan mereka
yang mengajukan pertanyaan tersebut. Mereka takut jika mengakui kesalahan dalam
perdagangan budak, maka mereka diharapkan untuk membayarkan kompensasi milyaran
dolar untuk kerusakan yang di timbulkan perbudakan selama abad yang lampau.
Meski pun mereka seharusnya membayar kompensasi tersebut, mereka akan mengelak
dengan alasan membayarkan sejumlah besar uang tersebut kepada suatu negara yang
sarat dengan konflik dan korupsi bukanlah solusi terbaik mengingat hal itu
hanya akan menambah dana di rekening bank Swiss rahasia milik beberapa orang.
Namun, sebuah rencana yang
baru-baru ini di umumkan oleh beberapa negara di Karibia menyediakan solusi
yang lebih tepat untuk isu perbaikan. Sebaliknya dari meminta uang secara
langsung, mereka meminta negara-negara Eropa untuk membantu dalam bentuk
perawatan medis dan pendidikan di sana. Mereka juga diminta untuk membantu
membentuk hubungan budaya dan politik antar negara-negara Karibia dengan Afrika
Barat yang merupakan tempat asal kebanyakan warga mereka.
Semoga rencana ini dapat lebih
mudah diwujudkan di bandingkan dengan permintaan uang di masa lalu, dan
negara-negara Eropa dapat membantu agar rencana ini terlaksana. Hal ini merupakan
kesempatan besar bagi masyarakat yang telah tertindas dan tereksploitasi
sepanjang sejarah dan juga menyediakan preseden tentang cara mengatasi hal ini pada masa mendatang. Sebaliknya dari pada
terobsesi dengan angka dan uang, kita dapat lebih berfokus pada kerja sama
untuk menyediakan keahlian dan sumber daya yang diperlukan oleh masyarakat miskin
untuk dapat melampaui krisis iklim - entah itu kemampuan untuk membuat panel
surya sendiri atau cara membangun rumah yang dapat bertahan terhadap perubahan
ketinggian air atau yang lainnya. Memang, hal ini memerlukan koordinasi
besar-besaran dan menghabiskan biaya. Namun jika untuk topik tentang perbudakan
saja dapat disepakati oleh kita semua, maka kita pasti mampu melakukannya untuk
masalah lingkungan mengingat hal tersebut memengaruhi kita semua.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli
di publikasikan tanggal di 30.03.2014: http://anashell.blogspot.com/2014_03_01_archive.html
[ perdagangan budak, perang sipil Amerika, kemiskinan dan diskriminasi, Ekonomi berbasis sumber, perawatan medis, Ana Shell ]
No comments:
Post a Comment